Bagaimana seseorang memanfaatkan masa mudanya?
Bagi banyak dari kita, masa muda adalah waktu yang paling luar biasa dalam hidup. Masa-masa pencarian jati diri, mengekspresikan perasaan, sambil juga mengasah keahlian yang diperlukan untuk masa depan— seringkali masa muda adalah waktu di mana seorang manusia belajar paling banyak tentang kehidupan. Di Desa Sagatani, sekelompok anak muda mengembangkan diri dan belajar berbagai keterampilan lewat alam, budaya, dan kriya untuk masa depan yang lebih baik .

Bagaimana seseorang memanfaatkan masa mudanya?
Bagi banyak dari kita, masa muda adalah waktu yang paling luar biasa dalam hidup. Masa-masa pencarian jati diri, mengekspresikan perasaan, sambil juga mengasah keahlian yang diperlukan untuk masa depan— seringkali masa muda adalah waktu di mana seorang manusia belajar paling banyak tentang kehidupan. Di Desa Sagatani, sekelompok anak muda mengembangkan diri dan belajar berbagai keterampilan lewat alam, budaya, dan kriya untuk masa depan yang lebih baik .

Aneng, seorang pemuda Habang mantan pekerja dompeng, menceritakan masa lalunya. Uang hasil menyaring emas dihabiskannya untuk berjudi dan berpesta minuman keras. Hal ini juga diperburuk dengan maraknya peredaran narkoba di Kalimantan. Ketika industri ekstraksi ini mulai surut, Aneng kebingungan. Ia kehilangan penghidupan dan pekerjaan, namun utamanya, Aneng telah kehilangan masa muda dan kesempatan mengembangkan diri untuk bisa bekerja di bidang lainnya. Kisah ini juga terjadi pada banyak pemuda seumuran Aneng lainnya.

Dua generasi yang lalu, Sagatani adalah desa kecil dengan hutan hujan yang rimbun dan Danau Sarantangan yang jernih dan indah. Masyarakat desa merawat hutan dan mengolah kebun untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Wajah desa dan danau yang asri berubah ketika penambangan emas liar datang ke wilayah Habang, Desa Sagatani, dua puluh tahun yang lalu. Hutan dibabat dan dikeruk tanahnya menyisakan lubang menganga. Air danau yang semula jernih pun menjadi keruh dan tercemar limbah logam berat.

Dompeng, begitu warga desa menyebut mesin penyaring emas yang beroperasi tanpa izin di kampung mereka. Mesin bersuara nyaring dan berasap hitam tebal ini tersebar di wilayah Danau Sarantangan. Kehadiran dompeng tidak hanya mengubah wajah desa, namun juga gaya hidup dan dinamika sosial masyarakat yang tinggal di Habang. Kemudahan pekerja dompeng untuk mendapatkan uang dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat seringkali membuat anak-anak meninggalkan sekolah untuk menyaring pasir emas, meski tanpa protokol keamanan dan kesehatan yang baik.

Aneng, seorang pemuda Habang mantan pekerja dompeng, menceritakan masa lalunya. Uang hasil menyaring emas dihabiskannya untuk berjudi dan berpesta minuman keras. Hal ini juga diperburuk dengan maraknya peredaran narkoba di Kalimantan. Ketika industri ekstraksi ini mulai surut, Aneng kebingungan. Ia kehilangan penghidupan dan pekerjaan, namun utamanya, Aneng telah kehilangan masa muda dan kesempatan mengembangkan diri untuk bisa bekerja di bidang lainnya. Kisah ini juga terjadi pada banyak pemuda seumuran Aneng lainnya.

_
Sari presented her work to her friends in a design workshop
_
Setelah kelas fotografi produk
_
Sorting Nyali seeds after drying in the sun
_
Hore! Sekarang kami bisa bikin kalung dan gelang!
_
Dari sketsa, ke model ukir lilin, ke produk jadi
Previous slide
Next slide

Tidak ingin adik-adik di desanya mengalami nasib yang serupa, Aneng mendirikan Sanggar Seni Sarantangan sebagai wadah anak-anak dan pemuda Habang untuk belajar keterampilan baru. Ia ingin adik-adiknya tau, bahwa ada banyak pilihan untuk berkarya dan mengespresikan diri dengan cara yang positif. Di Sanggar Sarantangan, anak-anak dan remaja berusia 9-20 tahun bisa memilih fokus keterampilan dan minat yang ingin mereka pelajari, diantaranya tari Dayak, musik Sape, dan kerajinan tangan.

Sebuah kebetulan di hari pertama pertemuan kami, Edo, seorang anggota sanggar, membawa kalung rosario buatannya untuk ibunya. Kalung rosario itu dibuatnya dari Biji Nyali. Biji Nyali adalah biji dari rumput liar sejenis sorgum yang banyak tumbuh di hutan dan pekarangan rumah warga. Ketika sudah matang, kulitnya sangat keras.

Warna dan bentuknya pun beragam, mulai dari putih, coklat, hingga hitam bercorak. Sekilas biji ini tampak seperti batu atau mutiara air tawar. Kami memutuskan untuk mengumpulkan biji-bijian ini untuk diolah menjadi kerajinan. Edo dan kawan-kawan lalu memulai meramban hutan untuk mencari Biji Nyali yang berwarna cokelat. Biji Nyali warna putih dan hitam banyak tumbuh di rumput pekarangan rumah. Tidak lupa, batang dan akar Biji Nyali coklat juga dibawa untuk dibudidaya di dekat rumah. Belakangan baru kami tau kalau Biji Nyali memang pernah digunakan oleh beberapa suku Dayak di berbagai daerah di Kalimantan sebagai manik-manik tradisional selain batu, kaca, dan biji-bijian lainnya, sebelum manik-manik plastik jamak digunakan. Bersama-sama, kami belajar bagaimana cara meronce dan mengombinasikan biji-bijian ini dengan material lain sehingga dapat digunakann sebagai aksesoris, gantungan kunci, hingga tas.

Bersama Sanggar Sarantangan, kami mendirikan Insode: sebuah wadah berkarya bagi anak-anak Sanggar Sarantangan untuk mempelajari kekayaan alam sekitar desa serta keterampilan kriya dan menuangkannya dalam berbagai produk kreatif. Lewat produk-produk Insode, kami berharap anak-anak dan remaja Habang dapat mempelajari nilai dari ragam tumbuhan di Desa Sagatani--bahwa mereka punya pilihan untuk mengelola tanah mereka dengan lebih lestari. Harapan inilah yang terus kami rawat sehingga suatu saat tanah Desa Sagatani dapat sekali lagi menjadi penghidupan bagi warganya, kali ini dengan jalan yang lebih ramah manusia dan ramah bumi.

Produk & Kolaborasi

INSODE mendesain dan memproduksi berbagai macam aksesoris, perhiasan, dan kriya seni. Kita juga berkolaborasi dengan desainer dan jenama untuk mengembangkan desain yang unik dan juga berbicara tentang tradisi. Untuk informasi lebih lanjut, klik tombol di bawah.

Merchandise


Dukung jalannya program Sanggar Sarantangan melalui pembelian produk merchandise dari Biji Nyalik. Setiap transaksimu memberikan kesempatan bagi remaja Sanggar untuk belajar berwirausaha, dari mengelola rantai pasok, memproduksi karya, sampai memasarkan produk unggulan mereka

Karya Kolaborasi


Jadikan sesuatu yang mustahil menjadi mungkin lewat kolaborasi! Kami sangat antusias dan terbuka untuk bekerjasama mewujudkan desain dan produk impian Anda. Dengan berkolaborasi, Anda turut serta dalam meningkatkan kepedulian terhadap perkembangan anak-anak dan remaja anggota Sanggar Sarantangan.

Mari wujudkan!